Perkenalan |
Saya lahir di Yogyakarta lebih dari lima puluh tahun yang lalu. Sampai umur tujuh tahun, saya tinggal di Kadipaten Wetan (Jln. Ngasem masuk gang ke barat). Di sebelah gang masuk ini dulu (tahun 60-an) ada tukang cukur terkenal Djajeng Kathit. Mulai kelas dua sekolah dasar, saya pindah ke Kumendaman, Mantrijeron sampai tahun 1992. Tahun 1992-1997 saya melaksanakan tugas belajar S3. Setelah selesai sekolah S3 saya pulang ke Kumendaman lagi dan tahun 1998 pindah ke Desa Ganjuran Condongcatur Sleman sampai sekarang.
Pendidikan SD: Sekolah Dasar Kanisius Kumendaman, Yogyakarta (lulus 1966). SMP: Sekolah Menengah Pertam Negeri 3, Yogyakarta (lulus 1969) SMA: Sekolah Menengah Atas Negeri 1 (Teladan), Yogyakarta (lulus 1972) Sarjana: Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada. Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi (1980) S2: School of Management, Syracuse University, Syracuse, New York, USA. Marter of Science (1987) S3: School of Business Administration, Kent State University, Kent, Ohio, USA. Doctor of Philosophy (1997)
Pada Juni-Agustus (Summer), 1991, saya bersama Pak Pangestu Subagyo melaksanakan tugas Visiting Scholar di College of Business, Ohio State University, Ohio, USA di bawah Program AntarUniversitas (PAU) Fakultas Ekonomi UGM.
Kelompok Bidang studi dan Penelitian Akuntansi Keuangan Teori Akuntansi
Riwayat Pekerjaan 2007 – sekarang: Anggota Majelis Kehormatan Kode Etik BEPEKA 2004 – sekarang: Anggota Dewan Audit, UGM 1981 – sekarang : Staf pengajar Fakultas Ekonomi UGM (sekarang Fakultas Ekonomika dan Busines). 2000 – 2004: Direktur Eksekutif, Quality Undergraduate Education (QUE) Project, Accounting Study Program, Faculty of Economics, GMU. 1999 – 2000: Sekretaris Akademik, Quality Undergraduate Education (QUE) Project, Accounting Study Program, Faculty of Economics, GMU. 1981 – 1985: Anggota Tim Implementasi Unit UGM Urusan Keuangan untuk Projek Bank Dunia IX. 1976 – 1980: Asisten dosen, Fakultas Ekonomi UGM, Akademi Akuntansi YKPN, Yogyakarta.
Organisasi Profesi dan Kemahasiswaan Sekretaris jendral, Badan Perwakilan Mahasiswa, Fakultas Ekonomi UGM (1977- 1979). Sekretaris, Ikatan Akuntan Indonesia Cabang Yogyakarta (1983-1985). Anggota, Komite Prinsip Akuntansi Indonesia, Ikatan Akuntan Indonesia (1991- 1992).
Penghargaan Hadiah Hawkins untuk Mahasiswa Terbaik Semester I, Fakultas Ekonomi, Universitas Gadjah Mada, 1973. Dosen Teladan, Fakultas Ekonomi, Universitas Gadjah Mada, 1990. Dosen Berprestasi I Fakultas Ekonomi, Universitas Gadjah Mada dalam Rangka Dies Natalis ke 54, 19 September 2003. Tanda Kehormatan SATYALANCANA KARYA SATYA dari Presiden RI, 30 Juli 2007.
Hobi Tidak ada hobi khusus tetapi saya mengikuti beberapa kegiatan yang mungkin dapat dikategori sebagai hobi atau sekadar rekreasi untuk memperluas pergaulan.
Elektronika
Waktu di SMA, saya mengikuti prakarya elektronika di bawah pembimbing Bapak Gunawan (sekarang Profesor Gunawan). Prakarya ini mempelajari seluk-beluk eletronika terutama pemahaman prinsip dan praktikum pembuatan radio, amplifier, dan pemancar. Waktu itu basisnya masih tabung dan teknologi transistor baru berkembang pesat. Saya juga diminta kerja praktik di Bengkel Elektronikanya Pak Gunawan (dulu di Jalan KHA Dahlan). Pengalaman yang takterlupakan adalah ketika saya dan beberapa kawan ditugasi membangun pemancar radio, Radio Teladan, sebagai pemancar eksperimen dan pendidikan dan SMA Teladan waktu itu adalah salah satu SMA yang mendapat lisensi itu. Pemancar waktu itu masih berbasis AM (amplitude modulation) dengan gelombang 104,5m. Kami membangun pemancar dengan antena model lamda dengan osilasi model Hartley (belum menggunakan kristal) ditopang dengan tabung 807. Lumaya juga dapat memancar dan menyajikan program-progam yang menarik. Salah satu program yang waktu itu cukup banyak peminatnya, khususnya untuk cewek-cewek atau remaja adalah Dering dan Lagu yang waktu itu nomor teleponnya adalah 1074. Kebetulan saya bersama rekan Wacono, Dadang Rohendi, Syamsul Hadi, Anton Suradilaga, dan Inu Wicaksono menjadi penyiar. Nama popular saya sebagai penyiar waktu itu adalah Djon Asmoro. Sejak masuk perguruan tinggi, kegiatan elektronika saya tinggalkan karena hobi ini terlalu mahal lebih-lebih kalau harus masuk ke ranah radio amatir atau audiophile waktu itu. Pengalaman itu, paling tidak membuat saya tidak canggung dengan alat-alat elektronik khususnya sistem audio-video (termasuk teater rumah) yang sekarang marak dan canggih.
Fotografi
Sejak tahun kedua menjadi mahasiswa, saya berkenalan dengan seorang yang setengahnya seniman dari New York bernama Gordon Bishop yang tinggal di Nagan Tengah. Saya dijadikan partner untuk dia belajar bahasa Indonesia dan saya belajar bahasa Inggris. Dia mendapat visa semi-permanent residence sehingga saya bergaul cukup lama sampai dia punya idea untuk mendirikan toko kerajinan di New York dan mendirikan semacam usaha dengan nama Javana Collection. Saya diminta dia bekerja di Javana Collection ini mengurusi keuangan dalam mengekspor barang-barang kerajinan ke tokonya. Saya bekerja hampir tiga tahun sambil kuliah dengan bayaran yang cukup lumayan untuk ukuran rata-rata kantong mahasiswa waktu itu. Dengan bayaran yang cukup tinggi saya dapat memenuhi keinginan membeli kamera SLR 35m yang cukup prestise waktu itu yaitu Olympus OM-2 dan Canon EF. Saya belajar banyak tentang fotografi dengan membeli majalah-majalah fotografi dalam dan luar negeri. Kalau hanya menjadi sekadar kesenagan, kegiatan ini sebenarnya terlalu mahal karena masih menggunakan film. Namun bayaran saya cukup menopang kesenangan tersebut. Karena kesenangan saya tersebut, kira-kira tahun 1984 (sudah jadi dosen) saya diminta oleh rekan saya Ir. Winarno untuk mengurus studio foto Persatuan Ahli Perancang Mode Indonesia (PAPMI) cabang Yogyakarta yang waktu itu tempatnya di bekas Balai Kota, Jln. KHA Dahlan. Tugas saya adalah mendokumentasi pakaian-pakaian yang akan dipertunjukkan (Mode Show). Tentu saja pakaian dikenakan oleh model-model yang cantik-cantik. Saya pernah berbagai pengalaman mefoto model dengan Pak Hani Handoko. Sayang sekali saya harus meninggalkan keasyikkan ini karena harus tugas belajar tahun 1985 ke Syracuse. Sekarang tidak sempat lagi untuk menekuni fotografi walaupun pengetahuan dasar fotografi tetap melekat. Dengan teknologi digital, sekarang ini saya tidak sempat lagi "membuat" foto tetapi sekadar "mangambil (mengklik kamera)" sehingga saya cukup punya kamera kompak (bukan DSLR) sekadar untuk menangkap gambar-gambar iklan yang lucu. Namun, kadangkala ingin juga membuat foto-foto Gedung Pusat seperti yang digunakan pada halaman Sambutan (diambil dengan Panasonic Lumix DMC-LX3).
Ballroom
Pada waktu mahasiswa sebenarnya saya tergolong kuper. Saya tidak merasa nyaman dan percaya diri bergaul dengan cewek, apalagi cewek cakep. Saya memaklumi hal ini. Untuk mengatasi hal ini, saya mengikuti kursus atau sekolah ballroom (di jaman belanda disebut kamar bola) ke studio Blue Tango di bawah Pemimpin Pak Henky (studionya dulu di belakang Radio Recobuntung). Ini kursus resmi sehingga saya harus mengalami ujian untuk mendapat sertifikat sesauai dengan tingkatannya. Saya akhirnya mendapat sertifikat Bronze, Silver, dan Gold. Sertfikat Gold diberikan kalau kita dianggap mahir dalam jenis waltz, foxtrot, dan tango. Waktu itu, ballroom dianggap dansa sosial yang terlalu elite karena harus bersaing dengan disko yang memang marak waktu itu. Juga waktu itu, ballroom menjadi salah satu kurikulum sekolah sekretaris. Setelah lulus mahasiswa, ballroom tidak popular lagi dan jarang sekali ada klub yang mengundang acara dansa bersama. Namun, kalau suatu saat ada yang mengajak waltz, siapa takut?
Moto Do what rich people do without being rich. |